Liga Premier Inggris
akan memulai laga perdana hari ini, tanggal 10 Agustus. Tepat dua hari sebelumnya, bursa
transfer sudah ditutup. Setelah musim 2018 yang kacau, Manchester United yang
sudah melepaskan beberapa pemain, tentu ingin membawa masuk banyak pemain baru
agar bisa merombak skuad. Sayangnya, setelah jor-joran mengeluarkan dana
sekitar 143 juta poundsterling, hanya tiga pemain yang berhasil mereka
dapatkan, yaitu Daniel James, Aarron Wan-Bissaka, dan Harry Maguire.
Sebenarnya kalau mau
adil, saya pun tidak bisa menyalahkan manajemen Setan Merah sepenuhnya. Ed
Woodward memang terkenal mediocre dalam penanganan bursa transfer. Semua fans
Manchester United pasti tahu itu, mengingat kampanye untuk menyingkirkan
Woodward dan Keluarga Glazer (pemilik MU) sedang sangat gencar digaungkan di
mana-mana oleh fans.
Meskipun begitu, semua
kekacauan di bursa transfer tahun ini juga tidak bisa lepas dari pengaruh berantakannya
skuad MU musim lalu. Setiap tim yang mendengar kabar bahwa MU berminat pada
pemain mereka, ramai-ramai menaikkan harga para pemain hingga setinggi langit,
dengan pintarnya memanfaatkan kondisi MU yang ingin berbenah total.
Belum lagi, kegagalan
masuk ke Liga Champion musim ini pun membuat pemain-pemain yang diminati MU
menjadi mundur teratur. Bagaimanapun juga, prestis Liga Champion memang tidak
bisa dipandang sebelah mata. Jarang ada para pemain top yang haus prestasi akan
sudi pindah ke tim yang tidak bertanding di Liga Champion.
Sampai detik
ini, saya masih kesal kenapa manajemen MU memilih melepaskan Ander Herrera begitu
saja tanpa rencana untuk mencari pelapisnya. Juga menjual Romelu Lukaku dan gagal total mendapatkan striker baru. Namun, nasi sudah menjadi bubur.
Sisi baiknya, para pemain dari
akademi MU akan dipaksa masuk ke tim utama. Sepanjang laga pramusim, para anak
akademi itu cukup bersinar dalam enam pertandingan yang kesemuanya dilakoni MU tanpa kekalahan.
Hal itu mengingatkan
saya pada lulusan akademi MU angkatan ’92. Saya tidak bilang bahwa skill anak akademi
MU sekarang setara dengan kemampuan angkatan ’92. Tentu saja tidak. Angkatan ’92
adalah legenda hidup MU. Sangat jauh jika harus membandingkan para legenda itu
dengan anak akademi yang belum benar-benar membuktikan apa pun. Namun, tidak
ada salahnya untuk berharap yang terbaik dan bersiap untuk yang terburuk, kan?
Saya harap hal
pertamalah yang akan terjadi. Dengan melempemnya Setan Merah di bursa transfer 2019,
saya harap kesialan itu bisa memberikan dampak positif juga, yaitu bersinarnya para anak
akademi Manchester United. Sekali lagi.
Salam,
Dari seorang fans
Manchester United yang belum kehilangan harapan.
Forever and always,
GGMU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar